Translate

Sabtu, 13 Agustus 2011

Ditemukan, Solusi untuk Mengatasi Insomnia

Dari penelitian yang dilakukan oleh Madhu Kaza, seorang seniman dan penulis India berusia 36 tahun yang tinggal di Amerika Serikat, terungkap bahwa membacakan cerita pengantar tidur sangat efektif untuk menolong para penderita insomnia.

Kesimpulan ini didapat setelah sejak Mei lalu Kaza berkeliling dari rumah ke rumah orang asing yang ia tidak kenal di kawasan Manhattan dan Brooklyn untuk meninabobokkan mereka dengan cerita pengantar tidur.

Dalam proyek yang diberi nama “Here Is Where We Meet” sesuai dengan novel karangan John Berger, ia telah membacakan cerita pengantar tidur bagi delapan orang dewasa yang menderita insomnia di kawasan itu.

Adapun cerita yang ia bawakan di antaranya adalah ‘The Metamorphosis’ karya Kafka, cerita petualangan anak ‘Danny the Champion of the World’ karya Roald Dahl, sampai ke novel karangan John Fowles yang berjudul ‘The French Liutenant’s Woman.’

“Saya hanya mendatangi mereka lalu mereka pilih cerita apa yang ingin saya bacakan dan saya membacakannya untuk mereka,” ucap Kaza seperti dikutip dari New York Daily News, 15 Juli 2011.

Dosen menulis paruh waktu di New York University ini juga menerima panggilan ke rumah sebagai bagian dari program tersebut.

“Bagian lain dari proyek ini adalah seputar keramahan. Proyek ini memantau seputar pertemuan seseorang dengan orang lain yang bukan teman akrabnya, bukan kekasihnya, atau juga bukan orangtuanya,” ucap Kaza.

Pada pengujian, Kaza hanya membacakan cerita pada orang dewasa yang menjadi ‘pasiennya’ secara empat mata. Sebelumnya, keduanya perlu menyepakati bahwa Kaza boleh keluar dari rumah sang pasien jika pasien itu sudah tertidur. Dan sejauh ini, baru penderita insomnia wanita saja yang ia bacakan cerita.

“Dari percobaan, umumnya mereka tertidur dalam waktu singkat,” kata Kaza. “Secara rata-rata, saya belum pernah mendapati penderita insomnia yang tetap terjaga meski sudah lebih dari satu jam saya bacakan cerita pengantar tidur,” ucapnya.

Berikutnya, Kaza menyebutkan, ia akan mencoba menjalankan uji coba ini menggunakan rekaman suaranya untuk mengantarkan para penderita insomnia tersebut ke peribaannya. (viva news)
Read More..

Ponsel Tak Sebabkan Tumor Otak?


Menggunakan ponsel selama bertahun-tahun ternyata tidak akan menambah resiko orang terkena penyakit kanker otak jinak. Demikian hasil dari sebuah riset terakhir yang dilakukan oleh ilmuwan Denmark.
Riset yang melibatkan pengumpulan data dari 2,9 juta orang Denmark, itu menyimpullkan bahwa para pengguna ponsel selama 11 tahun atau lebih, tidak memiliki tumor jenis ini, atau disebut juga dengan nama vestibular schwannomas
Hasil penemuan ini kontradiktif dengan banyak penelitian sebelumnya. Ilmuwan dari Denmark ini mengatakan bahwa mereka tidak menemukan hubungan jangka panjang antara ponsel dengan perkembangan tumor itu.
Vestibular schwannomas adalah penyakit tumor ringan yang secara teoritis timbul dari energi yang terserap oleh otak dari medan elektromagnet yang dihasilkan oleh ponsel. Pada riset sebelumnya, World Health Organization mengklasifikasikan ponsel sebagai penyebab potensial kanker (karsinogen). 
Riset yang dilakukan oleh ilmuwan Denmark ini adalah salah satu yang terbesar untuk meneliti masalah ini. Penelitian ini hanya mendata berapa lama seseorang telah menjadi pengguna ponsel. Namun, tidak mendata seberapa sering orang tersebut menggunakan ponsel. 
Menurut, David Savitz, seorang profesor dari Brown University yang duduk dalam panel penelitian WHO itu, penemuan terbaru ini menjadi salah satu pembuktian ketiadaan hubungan antara pemakaian ponsel dengan peningkatan resiko vestibular schwannomas. Namun, kata Savitz, penelitian di bidang ini masih perlu terus dilakukan.
Vestibular schwannomas tumbuh di sekitar sel otak dan melibatkan fungsi pendengaran dan keseimbangan seseorang. Tumor ini akan menyebabkan seseorang kehilangan pendengaran, pusing-pusing, serta kehilangan keseimbangan.  
Bila tumor ini tumbuh semakin besar, tumor ini mungkin akan menekan daerah-daerah otak yang penting sehingga bisa juga mengancam jiwa pengidapnya.
Karena tumor jenis ini adalah tumor yang pertumbuhannya sangat lambat, jadi masih ada kemungkinan tumor ini diketahui setelah lebih dari 11 tahun. Oleh karenanya, para peserta penelitian musti terus dimonitor untuk mengetahui perkembangan vestibular schwannomas, dalam tubuh mereka. (viva news)
Read More..

Kelamin Janin Bisa Diketahui dalam 7 Pekan


Dari sebuah penelitian terbaru, ternyata sebuah tes darah sederhana dapat digunakan untuk mengetahui jenis kelamin bayi, hanya dalam tujuh pekan kehamilan.

Pada studi itu, peneliti memeriksa 57 penelitian DNA janin dari sekitar 6.500 ibu hamil. Hasilnya kemudian dipubikasikan dalam Journal of American Medical Association.

Dikutip dari New York Times, Jumat 12 Agustus 2011, dari tes analisis DNA janin dalam darah sang ibu, jika kromosom Y hadir, ia akan memiliki anak laki-laki. Jika tidak, berarti janin itu adalah perempuan.

Menurut peneliti, temuan ini bisa membantu orang tua yang khawatir tentang penyakit yang berkaitan dengan gender. Namun demikian, tes ini juga bisa disalahgunakan orang lain.

Peneliti menyebutkan, hasil tes ini bisa menjadi kabar baik bagi orang tua yang keturunannya berisiko penyakit langka, yang berkaitan dengan gender kelainan genetik, seperti kelainan otot Duchenne pada anak laki-laki atau sindrom Turner pada anak perempuan.

Mengetahui jenis kelamin janin sejak dini juga akan membantu orang tua menentukan apakah mereka perlu menjalani tes genetik yang mahal. Namun, ini juga menimbulkan peluang seputar aborsi selektif jenis kelamin yang tidak diinginkan.
Di China atau India, janin yang diketahui berkelamin perempuan kerap digugurkan karena mereka lebih memilih anak laki-laki.

Peneliti berharap, ke depan, institusi yang menggelar layanan tes darah seperti itu terlebih dahulu meminta orang tua untuk menandatangani surat pernyataan yang menyatakan bahwa mereka tidak akan menggunakannya untuk tujuan aborsi. (viva news)
Read More..